Tak Malukah Kita Dengan Allah

Ringkasan Kajian

_Ustadz DR. Musyafa Ad Dariny, MA_
(Alumni S3 Jurusan Ushul Fiqh, Universitas Islam Madinah, KSA

Setelah memuji Allah ﷻ dan bersholawat kepada Rasulullah ﷺ, beliau mengingatkan bahwa baru saja kita meninggalkan satu bulan (Ramadhan) yang istimewa, dimana syaithan-syaithan dibelenggu. Sehingga hanya di bulan ramadhan, seseorang menjadi ringan untuk bisa mendirikan sholat malam 11 rekaat atau bahkan 23 rekaat, dimana hal itu menjadi berat ketika di luar bulan ramadhan. Itu semua disebabkan karena sedikitnya godaan syaithan di bulan ramadhan dengan dibelenggunya mereka. Dengan berakhirnya bulan ramadhan, berarti syaithan kembali dengan leluasa menggoda manusia tidak sebagaimana keadaannya di bulan ramadhan. Sehingga, tak sedikit manusia kembali bermaksiat kepada Allah ﷻ. Untuk itulah, perlu bagi kita memperhatikan atau mengingat beberapa hal yang bisa mencegah diri kita dari bermaksiat kepada Allah ﷻ

🔰Ketika diri kita hendak bermaksiat kepada Allah ﷻ, maka ingatlah beberapa hal berikut :

_1. Ingatlah bahwa semua nikmat yang kita rasakan adalah berasal dari Allahﷻ._
Setiap kebaikan dan kenikmatan yang ada pada diri kita merupakan nikmat Allah yang tidak mungkin kita sanggup menghitungnya.

Allah ﷻ berfirman :

وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. *Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya.* Sungguh, manusia itu sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).
[Surat Ibrahim 34]

Suatu ketika Abu Ishaq Ibrahim bin Adham didatangi oleh seseorang yang bisa disebut sebagai ‘ahli maksiat’ karena sudah sekian lama ia hidup dalam kemaksiatan dan mulai merasakan kegundahan dalam hidupnya.  Ahli maksiat ini berniat untuk bertobat dan mengadu (curhat) serta meminta nasehat kepada Syeikh Ibrahim bin Adham

وروي « أن رجلا جاء إلى إبراهيم بن أدهم فقال له يا أبا إسحاق إني مسرف على نفسي فاعرض علي ما يكون لها زاجرا ومستنقذا لقلبي

Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki datang kepada Ibrahim Bin Adham seraya berkata : “Wahai Abu Ishaq ! Sesungguhnya aku adalah orang yang dzalim kepada diriku (yaitu banyak maksiat) maka tunjukanlah kepadaku apa yang bisa menjadi penghalang dan pencegah (keinginan maksiat) bagi hatiku ini.

قال إن قبلت خمس خصال وقدرت عليها لم تضرك معصية ولم توبقك لذة قال هات يا أبا إسحاق

Ibrahim Bin Adham menjawab : *“Jika engkau terima lima perkara (syarat) dan engkau sanggup melaksanakanya, maka Maksiat (yang) kamu (kerjakan) tidak akan membahayakanmu, dan kelezatan (Maksiat) tidak akan menghancurkanmu.*

Laki-laki itu menjawab : Sampaikanlah wahai Abu Ishaq.

Maka beliau berkata :

قال أما الأولى فإذا أردت أن تعصي الله عز وجل فلا تأكل رزقه قال فمن أين آكل وكل ما في الأرض من رزقه قال له يا هذا أفيحسن أن تأكل رزقه وتعصيه قال لا هات الثانية

*..:: Syarat Pertama :*
Apabila kamu hendak bermaksiat kepada Allahﷻ (melanggar perintah Allahﷻ), maka jangan engkau makan rezeki (dari) Allahﷻ.
Laki-laki itu menjawab : Kalau begitu darimana aku bisa makan sedangkan segala yang ada di bumi adalah rezeki (dari) Allah ﷻ.
Ibrahim bin Adham menjawab : Hai (kamu) ini, *Apakah pantas engkau memakan rezeki (dari) Allah ﷻ sedangkan engkau langgar perintahnya?*

Laki-laki menjawab : Tentu tidak, lalu jelaskan (syarat) yang kedua (-barang kali aku bisa melakukannya)?

قال وإذا أردت أن تعصيه فلا تسكن شيئا من بلاده قال الرجل هذه أعظم من الأولى يا هذا إذا كان المشرق والمغرب وما بينهما له فأين أسكن قال يا هذا أفيحسن أن تأكل رزقه وتسكن بلاده وتعصيه قال لا هات الثالثة

*..:: Syarat Kedua :*
Apabila kamu hendak bermaksiat kepada Allahﷻ, maka jangan engkau tinggali sedikitpun di bumi (milik) Allah ﷻ.
Laki-laki menjawab : hal ini lebih berat dari syarat yang pertama, jikalau timur dan barat dan diantara keduanya adalah milik Allah ﷻ lantas dimana aku tinggal?
Ibrahim Bin Adham menjawab : Hai (kamu) ini, *Apakah pantas kamu makan rezeki Allah ﷻ dan tinggal di bumi Allah ﷻ, sedangkan kamu membangkang-Nya?
Laki-laki menjawab : tentu tidak, lalu jelaskan (syarat) ketiga?

قال إذا أردت أن تعصيه وأنت تحت رزقه وفي بلاده فانظر موضعا لا يراك فيه مبارزا له فاعصه فيه قال يا إبراهيم كيف هذا وهو مطلع على ما في السرائر قال يا هذا أفيحسن أن تأكل رزقه وتسكن بلاده وتعصيه وهو يراك ويرى ما تجاهره به قال لا هات الرابعة

*..:: Syarat ketiga :*
Jika kamu hendak bermaksiat kepada Allahﷻ dan engkau (masih) hidup dibawah Rezeki-Nya dan di bumi-Nya, maka carilah tempat dimana Allah ﷻ tak melihatmu dengan jelas, dan jika bisa (silahkan) berbuat maksiat disana (sesuka anda).
Laki-laki menjawab : Hai Ibrahim bagaimana ini, Dia kan Maha Melihat dan Mengawasi segala apa yang tersembunyi.?
Ibrahim Bin Adham menjawab : Hai (kamu) ini, *apakah pantas kamu memakan Rezeki-Nya, hidup di bumi-Nya, sedangkan engkau membangkang kepada-Nya, sedangkan Dia (Allahﷻ) melihat (perbuatan) kamu dengan jelas.*
Laki-laki menjawab : Tentu tidak, lalu jelaskan (syarat) keempat (-siapa tahu aku sanggup melakukannya)?

قال إذا جاءك ملك الموت ليقبض روحك فقل له أخرني حتى أتوب توبة نصوحا وأعمل لله عملا صاحلا قال لا يقبل مني قال يا هذا فأنت إذا لم تقدر أن تدفع عنك الموت لتتوب وتعلم أنه إذا جاء لم يكن له تأخير فكيف ترجو وجه الخلاص قال هات لخامسة
*..:: Syarat keempat :*
Jika telah datang kepadamu malaikat maut untuk mencabut nyawamu, maka katakan padanya : ”akhirkan (kematianku) sehingga aku bertaubat nasuha dulu dan beramal soleh dulu kepada Allah.
Laki-laki menjawab : pasti ditolak permintaanku.
Ibrahmin Bin Adham menjawab : Wahai (kamu) ini, *apabila kamu tidak mampu untuk menyingkirkan malaikat maut, untuk bertaubat dulu, dan kamu tau apabila dia datang, tidak ada kata untuk bisa diundurkan, bagaimana kamu bisa menyelesaikanya?*
Laki-laki menjawab : Jelaskan (syarat) yang kelima?

اقال إذا جاءتك الزبانية يوم القيامة ليأخذونك إلى النار فلا تذهب معهم قال لا يدعونني ولا يقبلون مني قال فكيف ترجو النجاة اذا قال له

*..:: Syarat kelima :* Apabila di hari kiamat datang kepadamu penjaga neraka (malaikat zabaniyah) untuk menggiringmu ke neraka, maka kamu jangan turut dan jangan ta’ati mereka. Laki-laki menjawab : Zabaniyah tidak akan mau dan tidak akan menerima permintaanku.
Ibrahim Bin Adham menjawab : Jika begitu, *bagaimana kamu bisa mengharapkan lolos, apabila engkau katakan (penolakan kamu) kepada penjaga neraka?*

قال يا إبراهيم حسبي حسبي أنا أستغفر الله وأتوب إليه ولزمه في العبادة حتى فرق الموت بينهما

Laki-laki berkata : Wahai Ibrahim, Cukuplah (nasihatmu) bagiku, Cukuplah (nasiatmu) bagiku. Aku memohon ampun kepada Allah dan menyatakan diri untuk bertaubat.

Sejak itu (dikabarkan) bahwa laki-laki itu tidak lepas dari selalu ibadah sampai (dikabarkan) meninggal dunia.

_2. Ketika diri ingin bermaksiat, maka ingatlah akan kebesaran Allahﷻ._

Ada sebuah perkataan dari ulama salaf, bahwa seandainya mnusia bisa berfikir tentang keagungan Allahﷻ, maka ia tidak akan sanggup untuk  bermaksiat kepada Allahﷻ.

_3. Ketika diri hendak bermaksiat, maka ingatlah bahwa sejatinya kita sangat mncintai Allahﷻ._
Bukti bahwa kita sangat mencintai Allah ﷻ adalah disaat kita memilih Islam sebagai agama kita, serta mengikuti ajaran Rasulullah Muhammad ﷺ. Dan kita tetap akan mempertahankan Islam tersebut, meskipun nyawa menjadi taruhannya.

Allah ﷻ berfirman :

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ ۗ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ
Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zhalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat azab-Nya (niscaya mereka menyesal).
[Surat Al-Baqarah 165]

Allah ﷻ juga berfirman :

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
[Surat Aal-E-Imran 31]

Lalu, pantaskah kita bermaksiat kepada Dzat yang kita cintai, apalagi kita sangat membutuhkan cinta Allah ﷻ kepada kita, karena cinta Allah ﷻ akan mendatangkan rahmat Nya, sementara kemarahan Allah ﷻ akan membuat kita binasa.

_4. Tatkala diri hendak bermaksiat, maka ingatlah bahwa Allah ﷻ akan mnghilangkan banyaknya kebaikan dari diri kita._
Diantara kebaikan yang bisa hilang (lenyap) dikarenakan kemaksiatan yang kita lakukan adalah :

*..:: Keimanan*
Dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يَزْنِي الْعَبْدُ حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلاَ يَسْرِقُ حِيْنَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلاَ يَشْرَبُ حِيْنَ يَشْرَبُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلاَ يَقْتُلُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ.

‘Tidaklah berzina seorang hamba, ketika ia berzina dalam keadaan beriman, tidak pula ketika ia mencuri, pada saat mencuri ia beriman, tidak pula ketika ia meminum (khamr), ketika ia meminumnya ia beriman, dan tidaklah ia membunuh dalam keadaan beriman.’”

Berkata ‘Ikrimah, “Aku pernah bertanya kepada Ibnu ‘Abbas, ‘Bagaimanakah iman dicabut dari seseorang?’ Beliau menjawab sambil memasukkan (menganyamkan) jari-jemarinya kemudian mengeluarkannya, ‘Demikianlah, dan apabila ia bertaubat, iman-nya pun akan kembali seperti ini.’ Beliau memasukkan kembali jari-jemarinya.” (HR Bukhari)

Dari hadits di atas, dapat disimpulkan bahwa predikat keimanan seseorang bisa hilang di saat ia bermaksiat, dan hal tersebut adalah satu bahaya yang sangat besar bagi seorang mukmin.

*..:: Kehilangan pahala yang besar*
Dari hadits Tsauban radhiallahu ‘anhu, di mana Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

لَأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا قَالَ ثَوْبَانُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لَا نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَا نَعْلَمُ قَالَ أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنْ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا

“Sungguh saya telah mengetahui bahwa ada suatu kaum dari umatku yang datang pada hari kiamat dengan membawa kebaikan sebesar gunung Tihamah yang putih. Kemudian Allah menjadikannya debu yang berterbangan.”

Tsauban bertanya, “Wahai Rasulullah, sebutkanlah ciri-ciri mereka dan jelaskanlah perihal mereka agar kami tidak menjadi seperti mereka tanpa disadari.”

Beliau ﷺ bersabda: “Sesungguhnya mereka adalah saudara kalian dan dari golongan kalian, mereka shalat malam sebagaimana kalian, tetapi mereka adalah kaum yang jika bersendirian mereka menerjang hal yang diharamkan Allah.” (Shahih. HR. Ibnu Majah).

*..:: Kehilangan Rizki.*
Kemaksiatan yang dilakukan seseorang akan mempengaruhi jalannya rizki kepadanya

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :

إِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيْبُهُ

"Sesungguhnya seorang manusia kerap terhalang dari rezeki disebabkan dosa yang dilakukannya." (HR Ibnu Majah)

Bukankah Allah ﷻ juga mengaitkan perintah Ibadah dengan rizkiNya.
Allah ﷻ berfirman :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ * مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki agar mereka memberi makan kepada-Ku.
[Surat Adh-Dhariyat 56 - 57]

Dalam ayat yang lain, Allah ﷻ juga berfirman :

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ
Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa.
[Surat Ta-Ha 132]

Dari kedua ayat di atas dapat disimpulkan bahwa dengan beribadah rizki seseorang bisa dilapangkan Allah ﷻ.
Adapun jika ada seseorang yang memiliki rizki melimpah sementara ia adalah seorang yang tidak bribadah kepada Allah ﷻ, maka hal itu merupakan tanda bahwa Allah ﷻ sudah tidak  mncintainya lagi, karena demikianlah Allah ﷻ memberikan _istidraj_ (pembiaran) kepadanya, hingga akhirnya Allah ﷻ akan binasakan ia atas kemaksiatan yang dilakukannya.

_5. Ingatlah bahwa ketika seseorang meninggalkan maksiat, berarti ia telah mengalahkan syaithan yang menjadi musuh bebuyutan bagi manusia._

Allah ﷻ berfirman :

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا ۚ إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
Sungguh, setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.
[Surat Fatir 6]

_6. Ingatlah bahwa ketika seseorang meninggalkan maksiat, pasti Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik_

Rasulullah ﷺ bersabda :

إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئًا لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا بَدَّلَكَ اللَّهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ
"Tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah AzzaWaJalla melainkan Allah akan mengganti dengan sesuatu yang lebih baik darinya untukmu." (HR Ahmad dalam musnadnya)

_7. Ingatlah bahwa bisa saja Allah ﷻ mencabut nyawa kita di saat sedang brmaksiat kepada-Nya._

Rasulullah ﷺ bersabda :

إنما الأعمال بالخواتيم
Sesungguhnya (diperhitungkannya) amalan (seseorang) tergantung dari akhir (penutupan)-nya. (HR Ahmad)

والله أعلم بالصواب

_✍ Al Faqir Ibnu Achmadi_