*Mengemis di Langit, Bermanis di Bumi*
@salimafillah
.
Betapa indah hidup yang terhubung ke langit
Ketika ruhmu yang meronta-ronta rindu
Kaupertemukan dengan Rabb Yang Maha Tahu
Bagai tetes air di atas batu, naik menyatu ke awan biru
Untuk nanti menghambur bersama kawan beribu-ribu
Menghidupkan bumi sesudah mati sekian waktu.
.
Begitulah seharusnya kita lima waktu dalam sehari
Sejenak menghariba pada Rabb Yang Maha Suci
Hingga alam semesta terjaga dari mungkar dan keji
Dari sejak kita mengucap salam hingga bertakbir lagi.
.
Begitulah selaiknya kita sekali di sepertiga malam
Berdiri di waktu kelam, bersujud dalam-dalam
Mengokohkan hati melebihi gunung menjulang
Lalu kita warisi dari Rasul-Nya beban tuk mencintai semesta
Membagi senyum ketika terluka
Memberi minum ketika dahaga
Menghibur jiwa-jiwa ketika berduka.
.
Begitulah seyogianya kita sekali di setiap pekan
Mandi bersuci, memangkas yang risi, dan berharuman
Bersisir rapi, memakai pakaian ranggi, dan anggun berjalan
Demi mendengar wasiat taqwa dengan merunduk hati
Agar keluar darinya bergegas menjelajah bumi
Membawa kejujuran niaga dan dzikir tiada henti.
.
Begitulah sewajibnya kita sebulan penuh dalam setahun
Memprihatinkan jasad, tapi menggelorakan ruh
Melaparkan raga, tapi mengenyangkan jiwa
Dengan hidangan Al-Qur'an yang dibaca dalam tadabbur
Mengais makna taqwa hingga lailatul qadr menyambung umur
Dan sebelas bulan berikutnya taqwa berdebur-debur.
.
Begitulah sefardhunya kita sekali sepanjang hidup
Perlu mengisi ulang daya ketaatan dengan bertamu pada-Nya
Sekaligus juga agar iman kita disengat dengan sejarah cinta
Dari dua uswah hasanah qur'aniyah yang di Tanah Haram itu
Telah menumpahkan senyum dan menaburkan air mata
Kemudian pulang dengan kemabruran yang mencahayai semesta
.
Sejak hari ini di lapis-lapis keberkahan
Pada hidup yang terhubung ke langit kita belajar
Untuk memamerkan ibadah pada Allah semata
Lalu menjaganya dalam mesra yang sunyi lagi rahasia
Cukuplah buahnya yang dirasakan sesama
Berupa akhlaq mulia yang harum nan jelita.
.
.
.